Pada waktu melaksanakan
pengawasan kehamilan, sudah dapat dijalin hubungan antara ibu hamil dengan
profesional yang akan menolong persalinan. Petugas kesehatan memberi petunjuk
kapan harus datang ke rumah sakit, sehingga lebih balk menunggu di rumah
sakit, dibandingkan terlambat yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Dengan
cara demikian diharapkan hubungan yang harmonis antara ibu dan petugas
kesehatan dapat mengurangi rasa takut dan sakit saat bersalin.
Penataan kamar bersalin
demikian rupa sehingga memberikan suasana aman, damai tetapi meyakinkan segala
persiapan lengkap, untuk dapat memberikan pertolongan yang tepat.
Pada waktu di kamar
bersalin sebaiknya ditunggu seorang bidan atau pembantu bidan yang dapat
melakukan observasi. Diharapkan dapat menjaga perasaan ibu yang sedang
bersalin, sehingga meningkatkan kepercayaan dan rasa aman. Pada fasilitas yang
lebih moderen, kamar bersalin dibuat seperti,di rumah keluarga dimana suami
diperbolehkan masuk dan menunggu. Setelah sampai saat persalinan ibu hamil dipindahkan ke kamar bersalin untuk pertolongan selanjutnya. Bila pemindahan
menunggu sampai ibu dalam keadaan sakit perut, akan memerlukan tenaga dan
dilakukan dengan susah payah sehingga kurang praktis.
Urutan pimpinan
persalinan adalah seperti di bawah ini.
Kala Pertama (Pembukaan
Pintu Man Lahir)
Akan dilakukan
pemeriksaan tentang kedudukan janin dalam rahim. Dilakukan pemeriksaan dalam
dengan terbatas dan akan dijelaskan berapa pembukaannya dan kapan perkiraan persalinan
berlangsung. Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan emosinya karena
persalinan masih jauh sehingga dapat mengumpulkan kekuatan.
Kala Kedua (Kala Pengusiran)
Petugas kesehatan
mempersiapkan diri dengan memakai sarung Langan. Memperhatikan kerja sama
dengan ibu bersalin sehingga kekuatannya semaksimal mungkin tuntuk mendorong
janin keluar. Pada saat ini ibu bersalinakan diingatkan kembali cara merangkul
paha, melengkungkan badan sehingga sekat rongga badan berfungsi untuk ikut
serta mendorong janin keluar. Proses kelahiran kepala akan segera terjadi,
didahului oleh pembukaan sekitar 5-6 cm dilakukan episiotomi, untuk
memperlebar jalan lahir lunak dan mengendalikan robekan. Minta izin akan
melakukan episiotomi, pada saat puncak his sehingga rasa sakit tidak menonjol.
Kepala bayi akan mengalami pengeluaran dan ekstensi. Untuk mengendalikan pengeluaran
sehingga tidak mendadak. Lengan kiri menahan kepala janin sedangkan Langan
kanan menahan daerah kemaluan (perineum), sehingga robekan perineum dapat
dikendalikan. Setelah kepala lahir berikan kesempatan melakukan putar paksi
luar untuk menyesuaikan diri dengan punggung. Persalinan badan bayi dilakukan
dengan memegang kepala demikian rupa menarik curam bawah untuk melahirkan bahu
depan dan menarik curam atas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua
bahu lahi, sisa bagan bayi dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiak memakai
jari telunjuk. Setelah bayi lahir, mulut, hidung, dan jalan napas dibersihkan
dari lendir yang berarti memberikan rangsangan untuk menangis. Dengan menangis
nyaring, berarti jalan napas bersih. Tali pusat dipotong sekitar 10 cm dan bayi
diberikan pada ibu lalu dibersihkan.
Kala Ketiga (Kala Uri)
Setelah bayi lahir
rahim perlu waktu istirahat untuk selanjutnya berkontraksi lagi untuk
mengeluarkan plasenta. Dengan terjadinya pemendekatan otot rahim sudah
merupakan permulaan pelepasan plasenta, karena plasenta tidak dapat mengikuti
pemendekan dilapisan longgar Nitabusch. Dengan kontraksi ringan terdapar
pelepasan plasenta yang disertai dengan perdarahan sekitar 2500-300 cc. Untuk
membantu persalinan plasenta dilakukan tekanan ringan diatas puncak rahim
dengan cara Crede. plasenta diperhatikan kelengkapannya secara cermat,
sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan
sekunder.
Kala Keempat (2 jam Setelah Melahirkan)
Setelah plasenta lahir
kontraksi otot rahim keras sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan
perdarahan. Kesempatan beristirahat untuk memulihkan tenaga, Setelah kerja
keras dalam persalinan yang melelahkan. Dilakukan observasi dan pengukuran
cermat pada tekanan darah, Wadi, pernapasan, kontraksi otot rahim, perdarahan sering
terjadi selama 2 jam pertama. Dilakukan penjahitan kembali luka episiotomi.
penjahitan dapat dilakukan dengan atau tanpa anestesi umum, sebagian besar dilakukan dengan anestesi
lokal. Setelah dua jam bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama
bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar